Disnaker Catat 49 Persen Penduduk Kota Batu Pilih Bekerja di Sektor Informal

22 - Oct - 2025, 09:43

Kepala Disnaker Kota Batu Thomas Wunang Tjahjo.(Foto: Prasetyo Lanang/JatimTIMES)

JATIMTIMES - Hampir separuh penduduk Kota Batu berpenghasilan dengan bertani, berdagang, ternak hingga seniman dan wirausaha. Hal ini dibuktikan dengan catatan Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Kota Batu yang menunjukkan angka pekerja informal mencapai 49 persen.

Sedangkan sebesar 51 persen lainnya masih menggeluti sektor formal. Seperti pegawai pemerintahan, pegawai perusahaan swasta dan sebagainya.

Baca Juga : DPRD Kota Batu Dorong Pemkot Segera Revitalisasi BUMD yang Mati Suri

Kepala Disnaker Kota Batu Thomas Wunang Tjahjo mengungkapkan, potensi sumber daya alam dan bahan baku dj Kota Batu menjadi peluang besar untuk membuka usaha. Sebagai contoh, di bidang pertanian. Luas lahan membuat masyarakat gencar untuk bercocok tanam mulai dari tanaman hortikultura hingga buah-buahan.

Tak hanya produksi, tak narang mereka juga memasarkan langsung. Dari sana banyak masyarakat yang mulai ekspansi untuk menjual produknya ke berbagai daerah. Omzet yang didapatkannya juga cukup besar dibandingkan sektor formal. 

"Faktor kemampuan dan keunggulan finansial itu juga menjadi salah satu faktor sektor informal masih digemari para pekerja," jelas Thomas saat ditemui JatimTIMES, belum lama ini.

Faktor lain, yakni fleksibilitas atas jam kerja juga jadi pertimbangan sektor informal masih tinggi peminat. Bahkan pekerja yang ada di sektor formalpun memiliki sambilan di sektor informal. “Misalnya ada. seorang Aparatur Sipil Negara (ASN) yang memiliki kerja sampingan menjadi peternak,” bebernya.

Thomas menjelaskan, peminat sektor informal masih tinggi lantaran minim risiko. Misalnya, angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK). Jika bekerja di sektor formal, perusahaan yang pailit akan langsung merumahkan karyawannya tanpa persiapan. Namun, banyak fenomena di Kota Batu yang tak khawatir dengan ancaman tersebut karena memiliki sampingan di sektor informal.

Ia menilai, sektor informal saat ini juga cukup diminati generasi Z. Dengan kreativitas dan inovasinya mereka seringkali merintis bisnis. Ditambah dengan penguasaan teknologi, bisnis tersebut juga lebih besar. Bahkan juga membuka lapangan kerja baru untuk para pencari kerja (pencaker) lainnya.

Baca Juga : Demi Layanan Masyarakat, Ketua DPRD Jatim Minta Menkeu Tinjau Ulang Pemangkasan TKD

Kendati begitu, Thomas menyebut ada banyak tantangan yang harus dihadapi para pekerja sektor informal. Seperti banyaknya pertumbuhan bisnis baru. Kompetitor tersebut akan menumbuhkan rasa persaingan yang cukup ketat antarpengusaha. Maka, mereka harus senantiasa berinovasi dan berevolusi sesuai perkembangan jaman.

Pekerja di sektor informal juga tak mendapat perlindungan jaminan sosial. pekerja informal tidak memiliki akses ke jaminan sosial seperti asuransi kesehatan, pensiun, atau tunjangan lainnya. 

Tantangan lain, seperti ketidakpastian pendapatan hingga kemampuan mempertahankan bisnis. “Misalnya usaha bertani juga akan dipengaruhi oleh kondisi cuaca,” papar mantan Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Batu itu.