Benarkah Program Makan Bergizi Gratis Tak Butuh Ahli Gizi? Ini Penjelasan Pakar Tanggapi Pernyataan Cucun Ahmad

Reporter

Mutmainah J

Editor

Yunan Helmy

17 - Nov - 2025, 04:26

Cucun Ahmad Syamsurijal dan menu MBG. (Foto X)

JATIMTIMES - Media sosial tengah diramaikan pernyataan Wakil Ketua DPR RI Cucun Ahmad Syamsurijal yang menyebut program Makan Bergizi Gratis (MBG) tidak memerlukan ahli gizi. Ucapan itu memicu perdebatan luas hingga membuat nama Cucun masuk daftar trending pencarian Google pada Senin (17/11/2025). 

Namun, benarkah program MBG bisa berjalan tanpa peran ahli gizi? Pernyataan Cucun disampaikan dalam sebuah video viral. Politikus PKB ini menyebut bahwa standar profesional tinggi tidak dibutuhkan dalam penyediaan makanan bergizi untuk masyarakat, terutama anak-anak sekolah.

Baca Juga : Rayz UMM Hotel Malang Gelar Cek Kesehatan Gratis, Antusiasme Warga Membeludak

“Tidak perlu ahli gizi, tidak perlu Persagi. Yang penting ada tenaga yang mengawasi gizi,” ujarnya dalam video tersebut, merujuk pada Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi), dikutip dari akun X @arbiarso_W.

Cucun bahkan menegaskan akan mengusulkan perubahan nomenklatur di tingkat nasional agar istilah ahli gizi diganti menjadi tenaga yang menangani gizi.

“Saya akan ajak rapat BGN mengubah diksi ‘ahli gizi’ menjadi tenaga yang menangani gizi. Nanti saya selesaikan di DPR,” katanya.

Pernyataan ini langsung memicu kritik dan diskusi publik mengenai penting tidaknya ahli gizi dalam program pemerintah tersebut.

Pakar Gizi BGN: MBG Tetap Butuh Ahli Gizi

Berbanding terbalik dengan pernyataan Cucun, ahli gizi dari Badan Gizi Nasional (BGN) Ikeu Tanziha menegaskan bahwa keberadaan ahli gizi sangat penting dalam program MBG.

Menurut Ikeu, ahli gizi memegang peran krusial untuk memastikan perbaikan status gizi masyarakat Indonesia, khususnya pada anak-anak.

“Memperbaiki status gizi masyarakat itu peran utama ahli gizi dalam program MBG karena mereka yang tahu fungsi makanan dan kandungannya. Ahli gizi juga berperan membuat SOP agar makanan aman,” jelasnya.

Peran Penting Ahli Gizi dalam MBG

Ikeu merinci sejumlah peran ahli gizi yang tidak dapat digantikan oleh tenaga non-profesional:

1. Mengembangkan Menu Sesuai AKG

Ahli gizi memastikan menu MBG memenuhi angka kecukupan gizi (AKG) sesuai usia anak.

Walaupun menu berbeda tiap daerah, ahli gizi bertanggung jawab memantau agar standar gizi tetap terpenuhi.

2. Memantau Proses Pengolahan Makanan

Ahli gizi memastikan setiap tahap pengolahan makanan aman, higienis, dan tepat sasaran.

3. Melakukan Pelatihan Keamanan Pangan

Mereka memberikan pelatihan di tingkat sekolah dan SPPG agar penyedia makanan memahami standar keamanan pangan.

4. Memberikan Edukasi Gizi

Baca Juga : Tak Perlu Brush Set Mahal, Cukup Tiga Kuas Ini Bikin Eyeshadow Lebih Rapi

Ahli gizi mengedukasi siswa, guru, hingga pedagang makanan mengenai pentingnya gizi seimbang.

5. Melakukan Monitoring dan Evaluasi (Monev)

“Ahli gizi memantau apakah rencana gizi benar-benar dijalankan, termasuk memastikan target penurunan gizi buruk tercapai,” ujar Ikeu.

Ahli gizi juga memberi masukan untuk kebijakan perbaikan berkelanjutan.

MBG untuk Mewujudkan Indonesia Emas 2045

Menurut Ikeu, program MBG merupakan bagian dari komitmen negara dalam memenuhi hak anak. Ia menegaskan bahwa investasi pada gizi merupakan fondasi bagi masa depan bangsa.

“Negara yang memikirkan anak adalah negara visioner. Tanpa gizi yang baik, mustahil kita mewujudkan Indonesia Emas 2045,” tegasnya.

Ia menambahkan bahwa kualitas sumber daya manusia tidak akan meningkat tanpa intervensi gizi yang tepat dan terstandar.

Berdasarkan penjelasan pakar, klaim bahwa MBG tidak membutuhkan ahli gizi tidak tepat.

Program sebesar dan sepenting MBG membutuhkan tenaga profesional yang kompeten untuk memastikan:

• Kualitas makanan aman dan bergizi

• Menu sesuai kebutuhan nutrisi anak

• Proses produksi terstandar

• Evaluasi berjalan efektif

Dengan demikian, ahli gizi tetap menjadi elemen penting dalam keberhasilan program MBG.