Jatim Times Network Logo
Poling Pilkada 2024 Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Poling Pilkada 2024
Pemerintahan

Mandaya Awards 2025 Nobatkan Blitar Sebagai Kota Pemberdayaan: Mas Ibin Sang Penggerak Ekonomi Rakyat

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Dede Nana

16 - Oct - 2025, 19:30

Placeholder
Menko Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar, menyerahkan Mandaya Awards 2025 kepada Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin atas inovasi pemberdayaan ekonomi kreatif di daerah. (Foto: Ist)

JATIMTIMES – Kota Blitar kembali menorehkan prestasi nasional. Pemerintah Kota Blitar meraih Mandaya Awards 2025 dari Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat Republik Indonesia dalam kategori Pemberdayaan Masyarakat Inspiratif dan Berdampak.

Penghargaan bergengsi ini diserahkan langsung oleh Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar, kepada Wali Kota Blitar Syauqul Muhibbin, Kamis (16/10/2025), di Ballroom Plaza Jamsostek, Jakarta.

Baca Juga : New Honda ADV160 Tampil Gagah di PRJ Surabaya 2025, Hadirkan Promo Lucky Deal Menarik

Bagi Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin, penghargaan ini bukan sekadar simbol pengakuan. Ia memandangnya sebagai bukti nyata bahwa semangat pemberdayaan masyarakat di Kota Blitar telah berbuah hasil konkret.

“Hari ini kami menerima Mandaya Awards 2025 sebagai bentuk apresiasi atas upaya kami membangun pemberdayaan masyarakat yang inspiratif dan berdampak,” ujarnya usai acara.

Dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak Mas Ibin menjabat pada Februari 2025, wajah Kota Blitar berubah pesat. Di bawah kepemimpinannya, pemerintah kota menata ruang-ruang publik agar tidak hanya menjadi tempat rekreasi, tetapi juga sumber pertumbuhan ekonomi baru. Kegiatan Car Free Day (CFD) di pusat kota, misalnya, kini bukan sekadar ajang olahraga atau hiburan akhir pekan. CFD telah bertransformasi menjadi etalase produk lokal, mulai dari kuliner, kriya, hingga busana khas Blitar, yang menjadi denyut ekonomi bagi ratusan pelaku UMKM.

“CFD kami dorong menjadi wadah pemberdayaan masyarakat. Di sana warga tidak hanya berjualan, tapi juga belajar manajemen, promosi, dan inovasi produk,” kata Mas Ibin. 

Ia menambahkan, strategi ini membuat masyarakat menjadi bagian aktif dari pembangunan ekonomi daerah. “Pemerintah Kota Blitar telah membangun pusat-pusat ekonomi kreatif dan pusat kerja baru di berbagai kawasan. Salah satunya lewat CFD yang menunjang keberlangsungan UMKM,” jelasnya.

Langkah itu berlanjut dengan lahirnya Blitar Trade Center (BTC), pusat promosi dan pemasaran produk unggulan daerah. BTC dirancang sebagai jembatan antara pelaku usaha lokal dan pasar regional. Mas Ibin bahkan menyebut dirinya sebagai “sales” Kota Blitar, yaitu duta yang membawa produk-produk warganya ke berbagai daerah di Indonesia.

 “Saya kira ini salah satu wujud pemberdayaan kota kita, yang terus bertumbuh, menciptakan lapangan kerja, dan menumbuhkan ekonomi masyarakat,” ujarnya.

Konsep pemberdayaan yang dikembangkan Pemkot Blitar berpijak pada semangat kemandirian warga. Pemerintah berperan sebagai fasilitator, bukan pelaku utama. Pendekatan ini menciptakan ekosistem ekonomi kreatif yang tumbuh dari bawah, dari ide dan inisiatif masyarakat sendiri. Pemerintah hanya menyediakan ruang, akses, dan pendampingan.

Dalam laporan tahunan Pemkot Blitar, kontribusi sektor UMKM terhadap perekonomian kota meningkat signifikan. Ruang-ruang publik seperti alun-alun, taman kota, dan area CFD kini menjadi pusat interaksi ekonomi baru. Di balik geliat itu, tersimpan filosofi bahwa kemajuan kota tidak bisa dilepaskan dari partisipasi aktif warganya.

“Pemberdayaan yang sejati adalah ketika masyarakat memiliki kesempatan dan kemampuan untuk menentukan nasib ekonominya sendiri,” ujar Mas Ibin. Ia menegaskan bahwa penghargaan ini bukan milik pemerintah semata, tetapi buah kerja kolektif seluruh warga Blitar.

Dalam sambutannya pada ajang Mandaya Awards 2025, Menko Pemberdayaan Masyarakat, Abdul Muhaimin Iskandar, menyebut penghargaan tersebut sebagai bentuk pengakuan negara terhadap para penggerak pemberdayaan di berbagai sektor: pemerintah daerah, dunia usaha, akademisi, hingga komunitas masyarakat.

“Mandaya bukan sekadar penghargaan, tetapi simbol perubahan paradigma: dari bantuan menjadi pemberdayaan, dari program menjadi gerakan, dari ide menjadi dampak nyata,” ujarnya.

Baca Juga : Kades Sukoanyar Fasilitasi Alat Kebersihan Pakai Dana Pribadi: Menang Lomba SAK-RT, Bupati Malang Sumbang Motor

Gus Imin, sapaan akrabnya, menilai bahwa keberhasilan pembangunan tidak hanya diukur dari pertumbuhan ekonomi, tetapi juga dari meningkatnya kualitas hidup masyarakat.

“Ukuran keberhasilan pemberdayaan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat menjadi berdaya, mandiri, dan bermartabat,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa tantangan pemberdayaan masih besar. Tingkat kemiskinan nasional saat ini masih di kisaran 8,47 persen, dengan ketimpangan sosial mencapai 0,375. Karena itu, ia menekankan pentingnya membangun ekosistem kemandirian dan produktivitas ketimbang sekadar mengandalkan bantuan sosial.

“Gunakan ruang dan fasilitas publik untuk memajukan UMKM dan ekonomi rakyat kecil, bukan hanya untuk kenyamanan penyelenggara negara,” pesannya.

Gus Imin mengajak para penerima Mandaya Awards menjadikan penghargaan itu sebagai awal dari gerakan nasional pemberdayaan yang terukur dan berkelanjutan. “Setiap kebijakan harus menjadi investasi sosial yang menumbuhkan produktivitas, bukan ketergantungan,” pungkasnya.

Di tengah pergeseran paradigma pembangunan itu, Kota Blitar muncul sebagai contoh kota yang mampu menerjemahkan semangat Mandaya ke dalam kebijakan nyata. Pemerintah kota tak hanya menyalurkan program, tapi juga membangun sistem ekonomi yang partisipatif dan berkelanjutan.

Bagi Mas Ibin, pembangunan ekonomi bukan semata urusan angka dan laporan. Lebih dari itu, ia melihatnya sebagai upaya menumbuhkan rasa percaya diri warga.

“Kalau masyarakat sudah percaya diri, mereka akan berani berinovasi, membuka usaha, dan menciptakan pekerjaan,” tuturnya.

Dengan torehan penghargaan ini, Blitar meneguhkan dirinya sebagai kota pemberdayaan yang tumbuh dari akar masyarakat. Di balik semangat Mandaya, yang bermakna mandiri dan berdaya, terpancar optimisme bahwa masa depan kota ini akan ditentukan oleh kreativitas warganya sendiri.


Topik

Pemerintahan wali kota blitar mandaya awards pemberdayaan kota blitar



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Probolinggo Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Dede Nana