JATIMTIMES- Suasana di Aula Bakesbangpol Kota Blitar, Rabu pagi (29/10/2025), dipenuhi semangat merah putih. Sekitar 50 tokoh masyarakat dari Kelurahan Klampok duduk rapi menyimak pemaparan Wali Kota Blitar H. Syauqul Muhibbin, yang akrab disapa Mas Ibin.
Di hadapan mereka, Mas Ibin berbicara bukan sekadar sebagai kepala daerah, melainkan sebagai anak ideologis Bung Karno yang mewarisi semangat menggali dan menanamkan Pancasila dari tanah kelahirannya sendiri.
Keesokan harinya, Kamis (30/10/2025), kegiatan serupa digelar untuk warga Kelurahan Bendo. Melalui Sarasehan Nilai-Nilai Pancasila dan Sosialisasi Pembentukan Kampung Pancasila, Bakesbangpol Kota Blitar melanjutkan upaya Pemerintah Kota Blitar dalam membumikan nilai-nilai Pancasila hingga ke tingkat lingkungan masyarakat.
Kepala Bakesbangpol Kota Blitar, Toto Robandiyo, menjelaskan bahwa langkah ini merupakan tindak lanjut dari kebijakan jangka panjang pembangunan daerah.
“Kota Blitar adalah dapurnya nilai-nilai Pancasila dan Wawasan Kebangsaan.Maka menjadi tanggung jawab moral dan ideologis bagi kita untuk memastikan nilai-nilai itu hidup, bukan hanya di tataran dokumen kebijakan, tapi di tengah masyarakat," ” ujarnya.
Dalam paparannya, Toto menjelaskan bahwa hingga tahun 2024 telah terbentuk sembilan Kampung Pancasila, yaitu Rembang, Gedog, Bendogerit, Ngadirejo, Sentul, Kauman, Tanjungsari, Sukorejo, dan Blitar. Tahun ini, tiga Kampung Pancasila baru ditambahkan, yaitu Pakunden, Klampok, dan Bendo, sehingga total terdapat dua belas Kampung Pancasila di seluruh Kota Blitar.
“Targetnya tahun 2029 semua kelurahan sudah menjadi Kampung Pancasila,” katanya.
Langkah itu berakar pada Perda Nomor 6 Tahun 2023 tentang Penyelenggaraan Pendidikan Pancasila dan Wawasan Kebangsaan, hasil inisiatif DPRD Kota Blitar. Ketua DPRD dr. Syahrul Alim dalam kesempatan yang sama menegaskan, perda ini bukan sekadar produk hukum, melainkan wujud komitmen legislatif dalam mendukung arah kebijakan eksekutif.
“Kami ingin memastikan pendidikan Pancasila tidak berhenti di ruang kelas, tapi meresap ke ruang hidup masyarakat,” ujarnya.
Namun, di antara seluruh paparan itu, pidato Mas Ibin menjadi pusat perhatian. Dengan suara tenang namun tegas, ia menegaskan bahwa Kota Blitar harus berdiri sebagai Kota Ideologi Pancasila, bukan semata karena Bung Karno dimakamkan di sini, melainkan karena semangatnya masih hidup di hati warganya.
“Bendo itu istimewa,” ujar Mas Ibin sambil mengingatkan kembali kisah lama tentang masa muda Bung Karno.
Ia menjelaskan bahwa di tempat inilah Bung Karno pernah berguru kepada Mbah Bendo dan belajar dari kearifan rakyat kecil.
“Dari pemikiran sederhana itulah Bung Karno menggali nilai-nilai Pancasila,” lanjutnya.
Karena itu, Mas Ibin menegaskan bahwa tidak berlebihan jika Kelurahan Bendo diminta menjadi contoh nyata dalam menerapkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan warganya.
Baginya, program Kampung Pancasila bukan proyek seremonial, melainkan strategi kebudayaan untuk memperkuat fondasi ideologi bangsa dari akar rumput. Ia menyadari tantangan zaman yang kian kompleks: pemahaman generasi muda terhadap Pancasila menurun, sementara kurikulum sekolah tak lagi menekankan P4 sebagaimana di masa lalu.
“Karena itu, kami membalik arah pendekatannya. Kalau dulu Pancasila diajarkan lewat pendidikan formal, sekarang kita hidupkan di tengah masyarakat. Kampung adalah kelas Pancasila yang sebenarnya,” katanya.
Melalui pendekatan ini, Pemerintah Kota Blitar berupaya menginternalisasi nilai-nilai dasar ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pandangan Mas Ibin, hal itu sejalan dengan misi pertama RPJMD 2025–2029, yakni mewujudkan Blitar Kota Pancasila yang aman, religius, dan nasionalis.
“Indeks Harmoni Indonesia Kota Blitar tahun 2025 sudah di angka 6,91 dari 9, kategori baik.Tapi itu belum cukup. Kita ingin harmoni ini tumbuh dari kesadaran, bukan dari kebijakan semata," ujarnya.
Dalam suasana sarasehan, peserta tampak antusias. Sejumlah tokoh masyarakat menyampaikan pengalaman mereka membangun harmoni sosial di lingkungan masing-masing.
Di akhir acara, Mas Ibin mengingatkan kembali makna mendalam dari program ini.
Mas Ibin menyebut pembentukan Kampung Pancasila sebagai “investasi ideologis jangka panjang” bagi Kota Blitar. Ia menjelaskan bahwa hasilnya mungkin tidak akan terlihat dalam waktu dekat, namun akan berdampak besar bagi masa depan. “Kita mungkin tidak langsung melihat hasilnya.Tetapi anak-anak kita nanti akan hidup dalam suasana yang rukun, toleran, dan bangga menjadi orang Blitar, kota tempat ideologi bangsa ini digali,” ujarnya.
Dari Klampok dan Bendo, gema semangat itu kini bergulir. Blitar, kota kecil yang menyimpan sejarah besar, kembali menegaskan dirinya sebagai kota ideologi, sebuah ruang tempat nilai-nilai Pancasila tidak hanya diucapkan, tetapi juga dijalankan, dipraktikkan, dan diwariskan.
